Pada posting sebelumnya telah dibahas cara-cara praktis yang dapat dilakukan orang tua dan guru untuk memotivasi anak belajar. Pada posting kali ini, saya akan membahas peran pengurus sekolah dalam hubungannya dengan motivasi belajar anak. Pengurus sekolah yang dimaksud adalah para pejabat sekolah, seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan pejabat sekolah lainnya.
Berikut ini merupakan beberapa cara praktis yang dapat dilakukan pengurus sekolah untuk meningkatkan motivasi murid di sekolah:
1. Memberikan kesempatan bagi setiap murid untuk dikenali (to be recognized) dan dihargai (rew
arded)
Pihak sekolah dapat mengembangkan sebuah program pendidikan yang dapat memberikan kesempatan bagi setiap murid untuk dikenali dan dihargai. Hal ini tidak hanya untuk berlaku untuk prestasi akademik, namun juga untuk prestasi non-akademik (misalnya prestasi dalam bidang musik, olah raga, menari, dan sebagainya). Sebagai contoh, pihak sekolah dapat menerapkan sistem exhibition, di mana setiap murid diberikan kesempatan untuk menampilkan karyanya untuk dipajang di aula sekolah. Selain itu, pihak sekolah juga dapat memberikan reward untuk murid dengan prestasi terbaik, dan mengumumkannya kepada murid-murid lain.
2. Membatasi jumlah murid dalam satu kelas
Jumlah murid yang terdapat dalam satu kelas mempengaruhi interaksi yang terjadi antara guru dengan murid-muridnya. Dengan jumlah murid yang lebih sedikit, murid memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapat perhatian guru, dan hubungan guru-murid pun dapat terjalin dengan lebih baik. Guru memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengenal masing-masing murid secara personal, mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing murid, dan memotivasi mereka secara individual.
3. Melibatkan orang tua dalam kegiatan belajar anak
Seperti telah dibahas sebelumnya, keterlibatan orang tua memiliki dampak positif bagi motivasi anak. Pihak sekolah dapat melibatkan orang tua dengan berbagai macam cara, misalnya secara berkala mengadakan pertemuan guru dengan orang tua untuk membicarakan perkembangan murid, dan mengadakan kegiatan-kegiatan di sekolah yang dapat mengikutsertakan orang tua murid.
4. Memberlakukan sistem pengelompokkan (grouping) yang menstimulasi interaksi murid
Sistem pengelompokkan murid berdasarkan kelas sosio-ekonomi atau kelompok etnis tertentu haruslah diminimalisasi. Begitu pula dengan sistem pengelompokkan murid berdasarkan prestasi akademiknya (murid-murid yang pintar dikelompokkan ke dalam satu kelas tersendiri, sementara murid-murid yang kurang pintar dikelompokkan ke dalam kelas lain). Biarkanlah murid-murid dengan berbagai latar belakang berinteraksi satu sama lain. Selain meningkatkan motivasi murid di sekolah, hal ini dapat melatih murid untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan murid lain yang memiliki latar belakang berbeda dengan dirinya.
biarkanlah murid berinteraksi dengan bebas tanpa harus dikelompokkan berdasarkan status ekonomi, etnis, atau prestasi akademik...
Sumber referensi:
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation in education: Theory, research, and applications. Upper Sadle River, NJ: Pearson Education.
Berikut ini merupakan beberapa cara praktis yang dapat dilakukan pengurus sekolah untuk meningkatkan motivasi murid di sekolah:
1. Memberikan kesempatan bagi setiap murid untuk dikenali (to be recognized) dan dihargai (rew
arded)Pihak sekolah dapat mengembangkan sebuah program pendidikan yang dapat memberikan kesempatan bagi setiap murid untuk dikenali dan dihargai. Hal ini tidak hanya untuk berlaku untuk prestasi akademik, namun juga untuk prestasi non-akademik (misalnya prestasi dalam bidang musik, olah raga, menari, dan sebagainya). Sebagai contoh, pihak sekolah dapat menerapkan sistem exhibition, di mana setiap murid diberikan kesempatan untuk menampilkan karyanya untuk dipajang di aula sekolah. Selain itu, pihak sekolah juga dapat memberikan reward untuk murid dengan prestasi terbaik, dan mengumumkannya kepada murid-murid lain.
2. Membatasi jumlah murid dalam satu kelas

Jumlah murid yang terdapat dalam satu kelas mempengaruhi interaksi yang terjadi antara guru dengan murid-muridnya. Dengan jumlah murid yang lebih sedikit, murid memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapat perhatian guru, dan hubungan guru-murid pun dapat terjalin dengan lebih baik. Guru memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengenal masing-masing murid secara personal, mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing murid, dan memotivasi mereka secara individual.
3. Melibatkan orang tua dalam kegiatan belajar anak
Seperti telah dibahas sebelumnya, keterlibatan orang tua memiliki dampak positif bagi motivasi anak. Pihak sekolah dapat melibatkan orang tua dengan berbagai macam cara, misalnya secara berkala mengadakan pertemuan guru dengan orang tua untuk membicarakan perkembangan murid, dan mengadakan kegiatan-kegiatan di sekolah yang dapat mengikutsertakan orang tua murid.
4. Memberlakukan sistem pengelompokkan (grouping) yang menstimulasi interaksi murid
Sistem pengelompokkan murid berdasarkan kelas sosio-ekonomi atau kelompok etnis tertentu haruslah diminimalisasi. Begitu pula dengan sistem pengelompokkan murid berdasarkan prestasi akademiknya (murid-murid yang pintar dikelompokkan ke dalam satu kelas tersendiri, sementara murid-murid yang kurang pintar dikelompokkan ke dalam kelas lain). Biarkanlah murid-murid dengan berbagai latar belakang berinteraksi satu sama lain. Selain meningkatkan motivasi murid di sekolah, hal ini dapat melatih murid untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan murid lain yang memiliki latar belakang berbeda dengan dirinya.
biarkanlah murid berinteraksi dengan bebas tanpa harus dikelompokkan berdasarkan status ekonomi, etnis, atau prestasi akademik...Sumber referensi:
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation in education: Theory, research, and applications. Upper Sadle River, NJ: Pearson Education.
Gambar diambil dari:
No comments:
Post a Comment