
Kata motivasi berasal dari Bahasa Latin, movere, yang berarti bergerak. Secara sederhana, motivasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku individu. Mengapa disebut sebagai proses? Karena kita tidak dapat mengobservasi motivasi secara langsung, melainkan kita mengetahuinya dari perilaku dan perkataan individu. Woolfolk (2004) menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan lima pertanyaan dasar, yaitu:
1. Perilaku seperti apa yang akan dilakukan oleh individu? Contoh: apakah anak lebih memilih untuk mengerjakan PR-nya atau menonton televisi?
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan individu untuk melakukan perilaku tersebut? Contoh: apakah anak langsung melakukan tugasnya atau menunda-nunda tugasnya tersebut?
3. Seberapa intens atau terlibatnya individu dalam perilaku tersebut? Contoh: apakah anak mengerjakan tugasnya dengan fokus, atau mengerjakannya secara asal-asalan dan tergesa-gesa?
4. Apakah yang menyebabkan individu cepat menyerah atau tetap bertahan dalam melakukan perilaku tertentu? Contoh: apakah anak tetap menyelesaikan tugas sampai selesai, atau hanya mengerjakan bagian yang mudah saja?
5. Apakah perasaan dan pemikiran individu mengenai suatu perilaku tertentu? Contoh: apakah anak menikmati proses belajar yang ia lalui, atau merasa bahwa kegiatan tersebut sebagai beban?
Motivasi memegang peranan penting dalam proses pendidikan. Schunk, Pintrich, dan Meece (2008) mengatakan bahwa motivasi mempengaruhi perilaku belajar anak di sekolah, sehingga pada akhirnya mempengaruhi prestasi belajar anak. Oleh karena itu, siswa yang tidak memiliki motivasi akan cenderung untuk menampilkan perilaku yang bermasalah, seperti tidak memperhatikan penjelasan guru di kelas, tidak mencatat materi pelajaran dengan baik, tidak belajar ketika ada ujian, dan sebagainya.
Terdapat dua macam motivasi, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Ketika individu melakukan suatu kegiatan karena merasa tertarik dan menikmati kegiatan tersebut, individu dikatakan memiliki motivasi internal. Sementara itu, ketika individu melakukan sesuatu karena individu percaya bahwa perilakunya tersebut dapat menghasilkan desirable outcomes baginya, individu dikatakan memiliki motivasi eksternal. Desirable outcomes yang dimaksud dapat berupa pujian, hadiah, atau terbebas dari hukuman tertentu.
Sumber referensi:
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation in education: Theory, research, and applications. Upper Sadle River, NJ: Pearson Education.
Woolfolk, A. (2004). Educational psychology (9th ed.). Boston, MA: Allyn and Bacon.
Gambar diambil dari http://www.flickr.com/photos/anvrecife/2869382770
No comments:
Post a Comment