
Stipek (dalam Santrock, 2008) mengatakan bahwa murid yang bermasalah di sekolah pada umumnya memiliki interaksi yang negatif dengan gurunya. Hal inilah yang saya alami dulu ketika masih duduk di Sekolah Menengah Pertama. Saya tidak pernah suka dengan pelajaran bahasa Mandarin, karena guru yang mengajar mata pelajaran tersebut sangat membosankan. Selama pelajaran, ia hanya membebani kami dengan pekerjaan menulis aksara mandarin terus-menerus, tanpa ada interaksi dengan kami. Ia tidak pernah memberikan humor di kelas, tidak pernah menanyakan kesulitan apa yang kami hadapi, dan ia tidak mengenal kami secara personal. Rasa tidak suka saya akhirnya membuat saya malas belajar, dan tidak heran jika nilai bahasa Mandarin saya selalu buruk..
Tidak diragukan lagi, guru memegang peran penting dalam proses belajar mengajar di kelas. Sebagai tokoh sentral dalam pembelajaran, guru berperan sebagai pengajar, motivator, sekaligus juga model atau panutan bagi murid. Stipek (dikutip dalam Schunk, Pintrich, & Meece, 2008) mengatakan bahwa setiap perbuatan guru memiliki potensi untuk meningkatkan motivasi murid. Dengan demikian, tidak hanya perbuatan memberikan reward kepada murid yang dapat meningkatkan motivasi murid, melainkan perbuatan seperti perencanaan pembelajaran dan manajemen kelas juga dapat meningkatkan motivasi murid.
So, what can teacher do to increase student’s motivation??
Berikut ini merupakan beberapa cara praktis yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi murid di kelas:
1. Memberikan feedback (umpan balik) atas hasil pekerjaan muridPemberian
feedback merupakan hal yang penting untuk meningkatkan motivasi murid. Dengan memberikan
feedback, guru memberi tahu murid mengenai kesalahan yang diperbuatnya, juga memberi tahu bagaimana memperbaiki kesalahannya tersebut. Selain memberi tahu mana yang benar dan mana yang salah, guru juga dapat memberikan kata-kata penyemangat, seperti ”Kamu pasti bisa!” atau ”Prestasi kamu sungguh membanggakan!”. Pemberian
feedback membuat murid merasa dihargai, dan menunjukkan bahwa guru memperhatikan murid-muridnya (Schunk, Pintrich, & Meece, 2008)
2. Memberikan rewards atau penghargaan atas prestasi murid
Pemberian
rewards terhadap prestasi murid merupakan salah satu aplikasi teori pembelajaran Skinner (
operant conditioning), bahwa perilaku yang mendapat rewards akan cenderung diulangi, sementara perilaku yang mendapat hukuman akan cenderung untuk tidak diulangi. Rewards yang diberikan dapat berupa poin tambahan, waktu istirahat tambahan, stiker, pujian, dan sebagainya. Bentuk lain dari rewards adalah dengan rekognisi, misalnya dengan memajang hasil karya terbaik di kelas, atau dengan mengumumkan di depan kelas siapa yang memperolah nilai tertinggi pada saat ulangan (Schunk, Pintrich, & Meece, 2008).
3. Menciptakan iklim kelas yang mendukung murid untuk belajar 
Iklim kelas diartikan sebagai atmosfer atau suasana di dalam kelas. Iklim kelas berhubungan dengan gaya pengajaran dan kepemimpinan guru di dalam kelas. Penelitian yang dilakukan oleh Lewin, Lippitt, dan White (dikutip dalam Schunk, Pintrich, & Meece, 2008) membuktikan bahwa motivasi murid akan lebih meningkat apabila guru menerapkan gaya pengajaran yang demokratis; ditandai dengan sikap guru yang bersahabat, memberikan otonomi yang cukup kepada murid, menstimulasi murid untuk menyatakan pendapatnya di kelas, dan mendorong murid untuk saling berkolaborasi dalam memecahkan suatu permasalahan. Seorang guru yang demokratis tidak mengontrol muridnya secara berlebihan, namun tetap memberikan batasan terhadap perilaku murid.
4. Memberikan tugas-tugas yang menantang dan menarik perhatian murid
Untuk memotivasi murid, guru dapat memberikan tugas-tugas yang bervariasi dan menarik bagi murid, menyediakan dukungan emosional dan kognitif yang memadai bagi murid dalam mengerjakan tugasnya, serta menyediakan berbagai material yang dibutuhkan murid untuk dapat menyelesaikan tugasnya tersebut (Santrock, 2008).
Selain keempat hal di atas, ditemukan bahwa karakteristik guru juga dapat meningkatkan motivasi belajar murid. Salah satu karakteristik tersebut adalah
antusiasme guru dalam mengajar. Penelitian yang dilakukan oleh McDermott et al. (dikutip dalam Nevin & Knoblock, 2005) menunjukkan bahwa antusiasme guru di dalam kelas dapat membentuk iklim kelas yang positif untuk mendukung proses belajar mengajar. Guru yang antusias dalam mengajar akan berusaha untuk mengenal muridnya secara personal, misalnya dengan mengenal latar belakang keluarganya. Selain itu, antusiasme guru juga ditunjukkan dengan cara bersikap hangat dan peduli kepada murid, menunjukkan emosi di kelas (misalnya dengan menggunakan humor), dan menciptakan suasana kelas yang interaktif (misalnya mengajak murid untuk saling berdiskusi, atau memberikan pertanyaan kepada murid). Hal ini akan menjadikan suasana kelas lebih ’hidup’ dan mencegah anak merasa bosan selama belajar di kelas.
Selain antusiasme, guru juga dapat meningkatkan motivasi belajar murid dengan
menggunakan berbagai metode secara variatif untuk memenuhi kebutuhan masing-masing murid. Guru perlu menyadari bahwa masing-masing murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk dapat menjangkau setiap murid, guru perlu menerapkan pendekatan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing murid (Nevin & Knoblock, 2005).
Antusiasme guru dalam mengajar dan kemampuan guru untuk menggunakan berbagai metode pengajaran secara variatif juga turut mempengaruhi motivasi belajar siswa...
Sumber referensi:
Nevin, N. A. & Knoblock, N. A. (January 2005). Is your classroom the happenin’ place to be?
The Agricultural Education Magazine, 77, 17-18.
Santrock, J. W. (2008).
Educational psychology (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008).
Motivation in education: Theory, research, and applications. Upper Sadle River, NJ: Pearson Education.