Tuesday, December 29, 2009

my diary


One of the most precious thing in my life is my diary.. Saya lupa tepatnya, tapi saya mulai menulis diary sejak masih duduk di sekolah dasar. Emang agak2 ‘abege’ yah hehehe tapi saya masih tetap melakukannya sampai hari ini. Pada dasarnya, saya suka menulis. Sepertinya, dengan menulis, semuanya bisa ‘tumpah’ begitu saja. Uneg-uneg yang paling terdalam pun saya tuangkan melalui tulisan. Saya sering bilang ke orang-orang terdekat saya, sepertinya dengan membaca diary saya, sudah cukup untuk mengenal saya luar dalam hehehe… It’s all there. Selain menulis diary, saya juga suka mengoleksi diary. Entah disebut sebagai kebiasaan baik atau buruk, tapi saya suka banget beli-beli diary (padahal nggak tau mau ditulisin apaan hehehe)..

So, kemaren ini saya sempat membereskan lemari buku saya, dan saya menemukan kembali diary saya pas SMP. Agak2 amazing juga bacanya, karena pas saya baca, kok dulu gue norak begini yahhh?! Hehehe ;p Isinya yah standar-lah, seperti kebanyakan anak SMP lainnya, seputar kehidupan sekolah dan teman-teman. Sempat cekikikan sendiri kalo inget-inget masa-masa itu.. Bayangin aja, dulu itu saya sering bolos pelajaran dengan alasan bikin mading, atau nggak bolos pelajaran demi nongkrong-nongkrong nonton tv di ruang guru (agak2 ajaib juga lho nggak ketauan hihihi).. Pokoknya, every day is a new adventure for us. Dan, gara-gara diary SMP itu, jadilah saya bernostalgia ke masa-masa SMP.. Masa-masa yang indah. Hidup serasa nggak ada beban, karena yang ada di pikiran, bagaimana caranya bersenang-senang hari ini hahahaha Dasar abege! =b Hmm.. Kalo ingat-ingat masa itu, setiap hari rasanya begitu antusias ke sekolah. Bukan karena pelajarannya, tapi karena excited dengan apa yang akan kita lakukan dengan teman-teman.. Ketawa-ketiwi, bergosip, nongkrong-nongkrong, bolos pelajaran...
This is some picture of me and my friends when we were still at junior high school.


To all my friends: miss you guys a lot!!! ;p

Sunday, December 13, 2009

Peran Pengurus Sekolah dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Murid di Sekolah

Pada posting sebelumnya telah dibahas cara-cara praktis yang dapat dilakukan orang tua dan guru untuk memotivasi anak belajar. Pada posting kali ini, saya akan membahas peran pengurus sekolah dalam hubungannya dengan motivasi belajar anak. Pengurus sekolah yang dimaksud adalah para pejabat sekolah, seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan pejabat sekolah lainnya.

Berikut ini merupakan beberapa cara praktis yang dapat dilakukan pengurus sekolah untuk meningkatkan motivasi murid di sekolah:

1. Memberikan kesempatan bagi setiap murid untuk dikenali (to be recognized) dan dihargai (rewarded)
Pihak sekolah dapat mengembangkan sebuah program pendidikan yang dapat memberikan kesempatan bagi setiap murid untuk dikenali dan dihargai. Hal ini tidak hanya untuk berlaku untuk prestasi akademik, namun juga untuk prestasi non-akademik (misalnya prestasi dalam bidang musik, olah raga, menari, dan sebagainya). Sebagai contoh, pihak sekolah dapat menerapkan sistem exhibition, di mana setiap murid diberikan kesempatan untuk menampilkan karyanya untuk dipajang di aula sekolah. Selain itu, pihak sekolah juga dapat memberikan reward untuk murid dengan prestasi terbaik, dan mengumumkannya kepada murid-murid lain.

2. Membatasi jumlah murid dalam satu kelas
Jumlah murid yang terdapat dalam satu kelas mempengaruhi interaksi yang terjadi antara guru dengan murid-muridnya. Dengan jumlah murid yang lebih sedikit, murid memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapat perhatian guru, dan hubungan guru-murid pun dapat terjalin dengan lebih baik. Guru memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengenal masing-masing murid secara personal, mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing murid, dan memotivasi mereka secara individual.

3. Melibatkan orang tua dalam kegiatan belajar anak
Seperti telah dibahas sebelumnya, keterlibatan orang tua memiliki dampak positif bagi motivasi anak. Pihak sekolah dapat melibatkan orang tua dengan berbagai macam cara, misalnya secara berkala mengadakan pertemuan guru dengan orang tua untuk membicarakan perkembangan murid, dan mengadakan kegiatan-kegiatan di sekolah yang dapat mengikutsertakan orang tua murid.

4. Memberlakukan sistem pengelompokkan (grouping) yang menstimulasi interaksi murid
Sistem pengelompokkan murid berdasarkan kelas sosio-ekonomi atau kelompok etnis tertentu haruslah diminimalisasi. Begitu pula dengan sistem pengelompokkan murid berdasarkan prestasi akademiknya (murid-murid yang pintar dikelompokkan ke dalam satu kelas tersendiri, sementara murid-murid yang kurang pintar dikelompokkan ke dalam kelas lain). Biarkanlah murid-murid dengan berbagai latar belakang berinteraksi satu sama lain. Selain meningkatkan motivasi murid di sekolah, hal ini dapat melatih murid untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan murid lain yang memiliki latar belakang berbeda dengan dirinya.




biarkanlah murid berinteraksi dengan bebas tanpa harus dikelompokkan berdasarkan status ekonomi, etnis, atau prestasi akademik...

Sumber referensi:
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation in education: Theory, research, and applications. Upper Sadle River, NJ: Pearson Education.

Gambar diambil dari:

Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Kelas


Stipek (dalam Santrock, 2008) mengatakan bahwa murid yang bermasalah di sekolah pada umumnya memiliki interaksi yang negatif dengan gurunya. Hal inilah yang saya alami dulu ketika masih duduk di Sekolah Menengah Pertama. Saya tidak pernah suka dengan pelajaran bahasa Mandarin, karena guru yang mengajar mata pelajaran tersebut sangat membosankan. Selama pelajaran, ia hanya membebani kami dengan pekerjaan menulis aksara mandarin terus-menerus, tanpa ada interaksi dengan kami. Ia tidak pernah memberikan humor di kelas, tidak pernah menanyakan kesulitan apa yang kami hadapi, dan ia tidak mengenal kami secara personal. Rasa tidak suka saya akhirnya membuat saya malas belajar, dan tidak heran jika nilai bahasa Mandarin saya selalu buruk..

Tidak diragukan lagi, guru memegang peran penting dalam proses belajar mengajar di kelas. Sebagai tokoh sentral dalam pembelajaran, guru berperan sebagai pengajar, motivator, sekaligus juga model atau panutan bagi murid. Stipek (dikutip dalam Schunk, Pintrich, & Meece, 2008) mengatakan bahwa setiap perbuatan guru memiliki potensi untuk meningkatkan motivasi murid. Dengan demikian, tidak hanya perbuatan memberikan reward kepada murid yang dapat meningkatkan motivasi murid, melainkan perbuatan seperti perencanaan pembelajaran dan manajemen kelas juga dapat meningkatkan motivasi murid.

So, what can teacher do to increase student’s motivation??
Berikut ini merupakan beberapa cara praktis yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi murid di kelas:


1. Memberikan feedback (umpan balik) atas hasil pekerjaan murid
Pemberian feedback merupakan hal yang penting untuk meningkatkan motivasi murid. Dengan memberikan feedback, guru memberi tahu murid mengenai kesalahan yang diperbuatnya, juga memberi tahu bagaimana memperbaiki kesalahannya tersebut. Selain memberi tahu mana yang benar dan mana yang salah, guru juga dapat memberikan kata-kata penyemangat, seperti ”Kamu pasti bisa!” atau ”Prestasi kamu sungguh membanggakan!”. Pemberian feedback membuat murid merasa dihargai, dan menunjukkan bahwa guru memperhatikan murid-muridnya (Schunk, Pintrich, & Meece, 2008)

2. Memberikan rewards atau penghargaan atas prestasi murid
Pemberian rewards terhadap prestasi murid merupakan salah satu aplikasi teori pembelajaran Skinner (operant conditioning), bahwa perilaku yang mendapat rewards akan cenderung diulangi, sementara perilaku yang mendapat hukuman akan cenderung untuk tidak diulangi. Rewards yang diberikan dapat berupa poin tambahan, waktu istirahat tambahan, stiker, pujian, dan sebagainya. Bentuk lain dari rewards adalah dengan rekognisi, misalnya dengan memajang hasil karya terbaik di kelas, atau dengan mengumumkan di depan kelas siapa yang memperolah nilai tertinggi pada saat ulangan (Schunk, Pintrich, & Meece, 2008).

3. Menciptakan iklim kelas yang mendukung murid untuk belajar
Iklim kelas diartikan sebagai atmosfer atau suasana di dalam kelas. Iklim kelas berhubungan dengan gaya pengajaran dan kepemimpinan guru di dalam kelas. Penelitian yang dilakukan oleh Lewin, Lippitt, dan White (dikutip dalam Schunk, Pintrich, & Meece, 2008) membuktikan bahwa motivasi murid akan lebih meningkat apabila guru menerapkan gaya pengajaran yang demokratis; ditandai dengan sikap guru yang bersahabat, memberikan otonomi yang cukup kepada murid, menstimulasi murid untuk menyatakan pendapatnya di kelas, dan mendorong murid untuk saling berkolaborasi dalam memecahkan suatu permasalahan. Seorang guru yang demokratis tidak mengontrol muridnya secara berlebihan, namun tetap memberikan batasan terhadap perilaku murid.

4. Memberikan tugas-tugas yang menantang dan menarik perhatian murid
Untuk memotivasi murid, guru dapat memberikan tugas-tugas yang bervariasi dan menarik bagi murid, menyediakan dukungan emosional dan kognitif yang memadai bagi murid dalam mengerjakan tugasnya, serta menyediakan berbagai material yang dibutuhkan murid untuk dapat menyelesaikan tugasnya tersebut (Santrock, 2008).

Selain keempat hal di atas, ditemukan bahwa karakteristik guru juga dapat meningkatkan motivasi belajar murid. Salah satu karakteristik tersebut adalah antusiasme guru dalam mengajar. Penelitian yang dilakukan oleh McDermott et al. (dikutip dalam Nevin & Knoblock, 2005) menunjukkan bahwa antusiasme guru di dalam kelas dapat membentuk iklim kelas yang positif untuk mendukung proses belajar mengajar. Guru yang antusias dalam mengajar akan berusaha untuk mengenal muridnya secara personal, misalnya dengan mengenal latar belakang keluarganya. Selain itu, antusiasme guru juga ditunjukkan dengan cara bersikap hangat dan peduli kepada murid, menunjukkan emosi di kelas (misalnya dengan menggunakan humor), dan menciptakan suasana kelas yang interaktif (misalnya mengajak murid untuk saling berdiskusi, atau memberikan pertanyaan kepada murid). Hal ini akan menjadikan suasana kelas lebih ’hidup’ dan mencegah anak merasa bosan selama belajar di kelas.

Selain antusiasme, guru juga dapat meningkatkan motivasi belajar murid dengan menggunakan berbagai metode secara variatif untuk memenuhi kebutuhan masing-masing murid. Guru perlu menyadari bahwa masing-masing murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk dapat menjangkau setiap murid, guru perlu menerapkan pendekatan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing murid (Nevin & Knoblock, 2005).

Antusiasme guru dalam mengajar dan kemampuan guru untuk menggunakan berbagai metode pengajaran secara variatif juga turut mempengaruhi motivasi belajar siswa...


Sumber referensi:
Nevin, N. A. & Knoblock, N. A. (January 2005). Is your classroom the happenin’ place to be? The Agricultural Education Magazine, 77, 17-18.

Santrock, J. W. (2008). Educational psychology (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.

Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation in education: Theory, research, and applications. Upper Sadle River, NJ: Pearson Education.

Gambar pertama dan kedua diambil dari http://www.clipart.com/details/clipart/1584

Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak


Pengaruh sosio-kultural dari teman sebaya, keluarga, budaya, dan komunitas memegang peranan penting dalam perkembangan, pencapaian (achievement), dan motivasi anak. Faktor yang akan dibahas secara lebih mendalam dalam posting kali ini adalah faktor keluarga. Sebagai pihak yang paling dekat dengan kehidupan anak, tidak diragukan lagi bahwa keluarga, terutama orang tua, memegang peranan penting dalam meningkatkan motivasi anak dalam belajar.

Berikut ini adalah beberapa cara praktis yang dapat dilakukan orang tua untuk meningkatkan motivasi anak di sekolah (Schunk, Pintrich, & Meece, 208):

1. Menciptakan iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar
Orang tua dapat menyediakan berbagai perlengkapan maupun permainan yang dapat mendukung anak untuk belajar, misalnya seperti komputer, buku-buku, puzzle, dan sebagainya. Dengan demikian, orang tua secara tidak langsung memotivasi anak dengan cara menstimulasi rasa ingin tahunya, serta mendorong anak untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sekitar.

2. Sediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar anak
Selain menciptakan iklim rumah yang dapat mendukung anak untuk belajar, interaksi orang tua dengan anak ternyata juga dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Hal ini dapat dilakukan dengan menemani anak belajar, menunjukkan perhatian terhadap kegiatan belajar anak, memberikan bantuan ketika anak menghadapi kesulitan, dan sebagainya. Sebagai partner anak dalam belajar, orang tua sebaiknya menunjukkan sikap yang hangat dan positif terhadap anak, misalnya dengan tidak memarahi anak ketika anak tidak dapat mengerjakan PR-nya dengan baik.

3. Berikan penghargaan atau respon positif terhadap setiap prestasi anak
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan memberikan hadiah atau pujian. Dengan demikian, anak merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk melakukan sesuatu.

4. Didiklah anak secara demokratis
Kontrol yang terlalu ketat terhadap anak akan ‘mematikan’ motivasi anak. Secara umum, motivasi anak cenderung meningkat ketika orang tua mengizinkan anak untuk membuat keputusan sendiri, memperhatikan kebutuhan dan perasaan anak, serta menyediakan pilihan dan alternatif kepada anak. Komunikasikan harapan dan keinginan orang tua kepada anak dalam bentuk saran, dan bukan dalam bentuk perintah.

Sumber referensi:
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation in education: Theory, research, and applications. Upper Sadle River, NJ: Pearson Education.

Friday, December 11, 2009

Motivation: An Introduction


Kata motivasi berasal dari Bahasa Latin, movere, yang berarti bergerak. Secara sederhana, motivasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku individu. Mengapa disebut sebagai proses? Karena kita tidak dapat mengobservasi motivasi secara langsung, melainkan kita mengetahuinya dari perilaku dan perkataan individu. Woolfolk (2004) menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan lima pertanyaan dasar, yaitu:

1. Perilaku seperti apa yang akan dilakukan oleh individu? Contoh: apakah anak lebih memilih untuk mengerjakan PR-nya atau menonton televisi?

2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan individu untuk melakukan perilaku tersebut? Contoh: apakah anak langsung melakukan tugasnya atau menunda-nunda tugasnya tersebut?

3. Seberapa intens atau terlibatnya individu dalam perilaku tersebut? Contoh: apakah anak mengerjakan tugasnya dengan fokus, atau mengerjakannya secara asal-asalan dan tergesa-gesa?

4. Apakah yang menyebabkan individu cepat menyerah atau tetap bertahan dalam melakukan perilaku tertentu? Contoh: apakah anak tetap menyelesaikan tugas sampai selesai, atau hanya mengerjakan bagian yang mudah saja?

5. Apakah perasaan dan pemikiran individu mengenai suatu perilaku tertentu? Contoh: apakah anak menikmati proses belajar yang ia lalui, atau merasa bahwa kegiatan tersebut sebagai beban?

Motivasi memegang peranan penting dalam proses pendidikan. Schunk, Pintrich, dan Meece (2008) mengatakan bahwa motivasi mempengaruhi perilaku belajar anak di sekolah, sehingga pada akhirnya mempengaruhi prestasi belajar anak. Oleh karena itu, siswa yang tidak memiliki motivasi akan cenderung untuk menampilkan perilaku yang bermasalah, seperti tidak memperhatikan penjelasan guru di kelas, tidak mencatat materi pelajaran dengan baik, tidak belajar ketika ada ujian, dan sebagainya.

Terdapat dua macam motivasi, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Ketika individu melakukan suatu kegiatan karena merasa tertarik dan menikmati kegiatan tersebut, individu dikatakan memiliki motivasi internal. Sementara itu, ketika individu melakukan sesuatu karena individu percaya bahwa perilakunya tersebut dapat menghasilkan desirable outcomes baginya, individu dikatakan memiliki motivasi eksternal. Desirable outcomes yang dimaksud dapat berupa pujian, hadiah, atau terbebas dari hukuman tertentu.

Sumber referensi:
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2008). Motivation in education: Theory, research, and applications. Upper Sadle River, NJ: Pearson Education.

Woolfolk, A. (2004). Educational psychology (9th ed.). Boston, MA: Allyn and Bacon.

Gambar diambil dari http://www.flickr.com/photos/anvrecife/2869382770

Wednesday, December 9, 2009

what am i gonna do next?

Hello guys =) udah lama sekali nggak nulis blog lagi.. Pretty busy lately (pastinya, huh!).. Belakangan ini, selain disibukkan dengan skripsi yg nggak kunjung ada kemajuan, saya juga disibukkan dengan segudang assignment dan ujian. Kemarin ini baru melewatkan 30 menit ujian piano yg penuh horor, dan sukses menjawab pertanyaan2 ajaib dengan jawaban yg bodoh ckckckck i hate piano exam! (i'm sorry guys kalo terdengar sarkastik, mungkin masih terbawa emosi). Mengenai skripsi, setelah mid-semester exam, practically saya cuma bimbingan 1 kali. Ibu dosen pembimbing rupanya sedang sibuk kuadrat,so jadilah saya kebingungan sendiri mesti ngapain.. Di saat-saat yg lagi sibuk2nya ini, i'm supposed to have good time-management, right? Tapi kenyataannya, sekarang ini saya lagi terserang sindrom malas akut, yg membuat saya malas banget ngapa-ngapain (confession no. 1 hehehe)..

So, i've been thinking lately, apa yang terjadi dengan saya??? =b cieellah gaya! Hahaha.. Kesimpulan saya semnetara ini adalah: maybe i'm just bored with this routine. Ke kampus, masuk kelas, belajar, buat tugas, ke sekolah musik, ketemu anak2 yg buat gurunya 'panas', les, latihan piano, etc. Yang terutama di sini, saya bosan banget belajar! Huh! Hampir 3/4 umur ini saya habiskan di bangku sekolah.. It's not that i'm not grateful with what i have, no at all.. Saya bersyukur sekali bisa mengenyam pendidikan sampai saat ini. But, i don't know, i just want to try something else..Try to work maybe?? ;p hehehe..

Semester depan saya sudah memasuki semester terakhir di kampus (SEMOGA!). Hopefully bisa sidang skripsi tepat waktu, jadi nggak perlu berlama2 di kampus itu lagi hahahaha =b So, right know i'm wondering, what am i gonna do next with my life??? Sempet sih berkhayal tingkat tinggi.. Jadi gini khayalannya, saya menghilang sementara waktu dari Jakarta & go to some exotic places, maybe Dubai or Milan.. Nggak tau juga sih disana bakal ngapain, the point is: i want something new! Siapa tau kecantol sama cowok Italia yg ganteng hahahaha =b mengkhayal boleh dong?!

Ok, Ok, stop mengkhayalnya.. So, berikut ini adalah beberapa hal yg mungkin akan saya lakukan tahun depan:
1. Jadi asisten dosen
2. Mengajar kelas teori di sekolah musik
3. Belajar bahasa mandarin
4. Magang

Not that bad, right? =)