Belakangan ini saya lagi banyak berpikir tentang masa depan saya (ciiieeelaaahhh..) hahaha ;p beneran, saya lagi berpikir, mau jadi apa saya nanti?? Kalo dipikir2, pertanyaan itu agak2 basi yah kayaknya, karena mestinya di umur saya yang sudah berkepala 2 (ciiieeelllaaah lagi hahaha) saya sudah harus tahu apa yang akan saya kerjakan nanti.. Tadinya saya pikir saya sudah tahu jawabannya: saya mau jadi psikolog! Tapi setelah beberapa kejadian yang cukup menggelitik, saya jadi mempertimbangkan lagi hal tsb..
Begini ceritanya.. Beberapa minggu yg lalu, saya sempat ngobrol2 dengan teman saya di tempat saya mengajar. Sebut saya I. I ini adalah seorang mahasiswa s2 di salah satu perguruan tinggi swasta. Selain jadi mahasiswa, ia juga menjadi guru piano di tempat saya mengajar. Ia bilang bahwa ia tidak ingin kerja kantoran, karena ia tidak suka kerja kantoran. Well honestly, saya sangat tidak suka dengan kerja kantoran. SANGAT! Pas mata kuliah PIO (Psikologi Industri & Organisasi) saja, saya sudah tahu bahwa saya anti dengan bidang yang satu ini. Setiap kali mau pelajaran, bawaannya malas, menggerutu, mengantuk, bosan, pokoknya tidak ada antusiasme sama sekali. Saya juga tdk tahu kenapa saya bisa begitu anti dengan kerja kantoran, mungkin emang dari sananya nggak minat kali yeeee =b Hal ini juga didukung dengan beberapa teman yg mengatakan hal serupa bahwa kerja kantoran tdk enak, membosankan, bla, bla, bla...
Pas kita lagi ngobrol2, datanglah guru saya (seorang guru senior di tempat saya mengajar). Sebutlah Ibu Y. Ibu Y justru tidak sependapat dengan saya dan teman saya. Ia bilang, "Coba kamu pikir. Kerja kantoran nggak melulu soal kerjaannya. Banyak keuntungan yang bisa kamu dapat. Misalnya aja, dari sisi pergaulan. Pergaulan kamu bisa lebih luas. Coba di sini (di tempat saya mengajar), paling2 ketemunya orang tua murid, atau saya hehe.." Pas pulang mengajar, saya kembali merenungkan hal ini. Benar juga sih, apa yang dikatakan guru saya. Tidak bisa dipungkiri bahwa kerja kantoran juga punya sisi positifnya tersendiri..
Mikir, mikir, mikir, saya jadinya mengevalusi kembali cita2 saya untuk segera kuliah s2 dan jadi psikolog. Saya pikir, kalau saya segera ambil s2, katakanlah saya lulus s2 ketika berusia 25 tahun (kuliah s2 sekitar 2-3 tahun), lalu buka praktek, apa ada orang yang mau konsultasi dengan saya??? Kalau klien saya mau konsultasi tentang pernikahannya, saya belum menikah.. Kalau klien saya mau konsultasi tentang anaknya yang bermasalah, saya belum punya anak.. Konsultasi macam apa yang akan saya berikan kepada klien saya nanti??? Saya tahu sih, memang nggak harus seperti itu urut2an-nya (menikah dulu baru bisa kasih konsultasi mengenai pernikahan), tapi alangkah baiknya kalau teori disertai dengan pengalaman, bukan???
Untuk sementara sih saya memang belum mendapatkan kesimpulannya.. Mungkin saya akan jalankan dulu apa yang ada di depan mata, yaitu menyelesaikan skripsi dan segera wisuda. Dan mengajar piano tentunya (karena masih terikat kontrak sampai tahun depan). Untuk ke depannya, masih dalam tahap perencanaan, hanya Tuhan yang tahu =)
apapun pekerjaan kamu kelak di masa depan, yang penting pekerjaan itu kamu lakukan sesuai dengan kata hatimu, nawi.. karena hatimu yang paling tahu apa yang benar menurut kamu...
ReplyDeletemelihat kamu punya minat di bidang musik, mengapa kamu tidak buka jasa konsultasi dengan music therapy? bukankah itu menarik, rasanya masih jarang psikolog menggunakan music therapy sbg teknik terapinya? rasanya lho.. (sedikit sotoy =p)
sufreeeenn yang bijak, thx komennya =) pastinya mesti dengan hati yah, kalo nggak bisa cepet keriput dan ubanan hehehe
ReplyDelete