Thursday, October 28, 2010

Setelah semua itu berakhir...

Semua itu apa? Semua kerja keras keras, ketar-ketir, dan perjuangan selama pembuatan skripsi =) Jadi tepat hari Rabu tanggal 20 Oktober 2010, saya dinyatakan lulus sidang skripsi. Memang belum yudisium, yang berarti belum sah menyandang gelar sarjana, tapi pas penguji bilang,”Anda dinyatakan lulus..”, rasanya ada beban 1000kg diangkat dari pundak ini (oke, sedikit lebai hehehe). Jadi sekarang tinggal fokus mengerjakan revisi (yang segambreng), dan minta tanda tangan panitia ujian untuk mengesahkan skripsi saya. Sungguh kerja keras yang berbuah manis, ahhh...

Dari sekian ribu kata-kata yang saya tulis di dalam skripsi saya, ada satu kalimat yang sungguh mengena untuk saya. Kata-kata tersebut ditulis di bagian kata pengantar (yang biasanya tidak dibaca orang) dan berbunyi Seluruh skripsi ini adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis” . Delapan kata yang mengandung makna yang sangat dalam, bahwa segala sesuatu yang ditulis di dalam skripsi tersebut harus dapat saya pertanggung jawabkan secara ilmiah. Bahwa kalo ditanya, “Kenapa pake teori A, bukan teori B aja?”, kita nggak bisa jawab “Karena disuruh pembimbing” atau “Karena saya cuman taunya yang itu, Pak/Bu.” Kenapa mengena? Karena kata-kata tersebut seringkali terlupakan begitu saja, dan dalam proses pembuatannya pun, kita seringkali asal pake teori ini, asal pake metode ini, yang penting mudah dan cepat selesai. Nah, tinggal pas sidang kebingungan deh cari ‘alasan ilmiah’-nya hehehe...

Dan ini adalah tampang-tampang bahagia setelah dinyatakan lulus..


Tuesday, October 5, 2010

I say..

They say, the person that can make you happy is the one that love you the most. They say, it's your partner, your soulmate. I SAY, that's true. But.. That person also have the biggest chance to make you disappointed, sad, angry, etc. Why? Karena kita punya kecenderungan untuk berharap terlalu banyak pada orang itu. Too much expectation, that can really kill you slowly, my friend..

Sunday, October 3, 2010

unique or weird??

Kata orang, setiap dari kita adalah ciptaan yang unik. Each of us has our own characteristic that makes us different from other people. For example, me. Saya punya beberapa kebiasaan, yang mungkin akan terdengar aneh atau bahkan sulit dimengerti oleh orang lain.

My number 1 (and the most ultimate) weird habit is not actually habit. It’s more like a trait, I think. Saya adalah orang yang moody. Moody dalam kasus saya bukan berarti mood saya sering berubah-ubah oleh berbagai peristiwa yang terjadi sehari-hari. Mood saya hanya dipengaruhi oleh cuaca. Kalau pagi-pagi saya bangun tidur dan langit sudah gelap, seketika itu juga semangat saya untuk menjalani hari tersebut turun begitu saja. Saya menjadi ogah-ogahan, tidak bersemangat, dan merasa tidak ada harapan lagi (ah lebaiii hahaha). Sebaliknya, kalau pagi-pagi saya sudah ‘disambut’ dengan teriknya sinar matahari, rasanya hari menjadi lebih ringan, dan pastinya muncul semangat yang positif untuk menjalani hari tersebut.

I love sunshine. I hate rain. Rain ruins my perfect day.

Dulu (sekarang sih sudah tidak pernah lagi hehehe) saya bahkan pernah meng-cancel murid saya untuk les piano karena di luar sedang turun hujan. Ajaib, eh? Kadang-kadang saya merasa pengaruh hujan dalam diri saya sungguh hebat, sampai-sampai membuat saya menunda pekerjaan, tidak keluar rumah seharian, seolah-olah ‘awan kesuraman’ meliputi diri saya sepenuhnya. Seperti sekarang ini, tadinya saya berencana untuk menyiapkan slide power point untuk presentasi sidang skripsi saya, tapi karena sedang turun hujan, batal sudah rencana tersebut (bukan karena males lho hehehe).

Sebenarnya saya tidak pernah berpikir bahwa hal ini merupakan sesuatu yang ‘aneh’ atau setidaknya ‘tidak biasa’, karena sebenarnya kalau kita mau mencari alasan logisnya, hal ini cukup masuk akal. Pertama, kalau hujan pasti becek, dan bisa membuat sepatu menjadi kotor. Belum lagi, kendaraan saya sehari-hari adalah angkot. Hai pengguna angkot di luar sana, kalian pasti setuju dengan saya, ribet banget kan kalau harus naik turun bus kota pas turun hujan??!! Harus basah-basahan, kena ciprat sama pengendara yang agak kurang aware dengan sekitar, jalan juga mesti hati-hati karena takut kepleset, belum lagi kalau angkotnya ‘hujan’ juga (alias bocor).. Kedua, hujan membuat barang bawaan saya menjadi tambah banyak. Bawa payung, kadang bawa jaket (karena kalau hujan udara menjadi agak dingin), bawa sandal jepit (karena nggak rela warna sepatunya jadi serupa dengan warna tanah), dll.

Tapi kemudian saya berpikir lagi, musim hujan di Indonesia hampir 6 bulan lamanya, dan selama itu pula apa jadinya mood saya?? Masa harus merasa down setiap hari? Lagipula, saya terlahir di negeri tropis ini, berarti sudah 22 tahun saya mengalami musim hujan. Mestinya saya sudah terbiasa dengan hujan, right??


Every person is unique in their own way. But in my case, maybe I am a weirdo hahahaha =b


Salam,


natalie_ijonk