Thursday, August 27, 2009

boundaries

Saya bisa dibilang termasuk orang yang tidak suka dibatasi. Tidak suka diatur-atur. Free-spirited girl.. Tapi ini tidak berarti saya suka melanggar peraturan juga lho, not at all. Saya menghargai peraturan-peraturan itu, karena saya sadar bahwa semua itu dibuat toh untuk kenyamanan kita bersama. Namun, ketika memasuki area pribadi kehidupan saya, nah kumat deh sifat pemberontaknya hihihi ;p Pemberontak atau keras yah?? Kira-kira sama deh hehe Pokoke saya termasuk orang yang tidak bisa (atau sulit sekali) dipaksa. Mesti disadarkan dengan logika (dan dengan kesabaran hati yang ekstra) baru bisa =D Pacar saya kayaknya menjadi pihak yang paling dipusingkan dengan sifat saya ini (maap ya, darlingg hehehe) Untungnya, dia termasuk orang yang (saya anggap) bisa memahami dan menerima dengan baik sifat saya yang agak ajaib ini..

Akan tetapi, Tuhan memang maha adil dan sungguh misterius.. Terdapat satu kondisi dalam tubuh saya yang mengharuskan saya diatur setiap hari. SETIAP HARI. Kondisi itu adalah alergi bahan kimia. Gejalanya dimulai beberapa bulan yang lalu, ketika badan bagian perut dan pinggang gatal-gatal menggila. Beneran deh, waktu itu saya persis sekali seperti monyet, kerjaannya garuk sini garuk situ.. Dan kalo udah gatel, rasanya pengen saya copotin aja ini kulit, karena nggak tahan dengan gatelnya, ckckck...

Setelah dikonsultasikan ke dokter kulit, ternyata saya alergi bahan kimia. Ibu dokter dengan entengnya mengeluarkan satu lembar kertas yang berisi sejumlah larangan yang harus saya patuhi, kalau saya mau sembuh dari gatel-gatel itu.. Setelah melihat isi kertas itu, saya cukup dikagetkan dengan fakta bahwa hampir 99% barang-barang yang kita gunakan itu mengandung bahan kimia. Dari pakaian saja, saya tidak diperbolehkan menggunakan produk pemutih, pelembut, pewangi pakaian. Belum lagi dari produk sabun, bedak, kosmetik, parfum, minyak kayu putih, balsam, dll. Bisa dibayangkan, berapa banyak larangan yang harus saya patuhi, ckckck.. Tapi tenang, setelah minum obat dokter dan menggunakan salep selama beberapa hari, gatel-gatel itu berhasil lenyap dari badan saya...

Selama beberapa bulan saya hidup tenang, tanpa diganggu rasa gatel yang menyiksa.. Tiba-tiba, tepat hari sabtu minggu lalu, bibir saya terasa kering sekali. Saya pikir cuma kering biasa saja, paling dipakein lip balm juga sembuh.. Eh, udah 3 hari nggak sembuh juga. Dan pas saya lihat di kaca, ternyata di bibir bagian atas ada semacam garis kemerahan yang mengikuti bentuk bibir saya. Jadi, saya seolah-olah sedang menggunakan lip liner warna merah, tapi hanya pada bibir bagian atas. Duh! Apalagi ini.. Saya coba konsultasikan dengan mama saya. Mama saya bilang, mungkin alergi buah naga yang saya makan hari sabtu itu (karena itu baru kali pertama saya makan buah naga). Oh iya kali, dalam hati saya.. Hari ke-3, hari ke-4, hari ke-5, kok nggak ilang-ilang nih garis merahnya?!! Akhirnya tadi sore saya ke dokter juga.. Begitu melihat bibir saya, si Ibu dokter langsung bilang, "Oh, ini mah sama penyakitnya sama yang dulu.." Dan sekali lagi, ia mengeluarkan sebuah kertas yang berisi larangan-larangan baru yang harus saya ikuti. OHHH NOOOO...!!

Kalau boleh saya ringkas sedikit, berikut ini beberapa larangan yang harus saya ikuti (demi keindahan bibir saya):
-dilarang menggunakan lip balm, lip gloss, lipstik yang berwarna tua, serta lipstik yang tidak mudah luntur (produk lip stick colour stay).
-hindari makan buah dengan cara menggigit kulitnya, karena getahnya berpengaruh buruk untuk bibir alergi.
-ketika makan buah, usahakan agar buahnya tidak menyentuh bibir.
-ketika makan makanan yang mengandung bumbu (misalnya makanan berkuah santan, rendang, dll.) dan cabai, usahakan untuk tidak menyentuh bibir.
-ketika minum jus buah (terutama jus jeruk), usahakan minum dengan sedotan, untuk menghindari iritasi pada bibir.
-hindari pemakaian pasta gigi yg mengandung bahan yang dapat merusak bibir.

Hmm, pretty good list, right?? Good bye lip gloss Victoria Secret-ku, good bye juga lip balm The Body Shop-ku, hiksss... Namun, dari sekian banyak petuah-petuahnya yang menyiksa tersebut, ada satu kalimat yang cukup melegakan hati saya : TIDAK ADA PANTANGAN MAKANAN. Hehehe..


natalie_ijonk

Friday, August 21, 2009

gemuk.. gemuk.. gemuk..

8 Agustus 2009, acara ulang tahun keponakan yang bertempat di sebuah salon nailspa di Jakarta Selatan.
Mama mertua dari kakak laki-laki saya (MMKLS) :" Lia, kok sekarang gemuk amat nih.."
Saya :" Hehehe.. Iya nih, Tante. Lagi liburan sih.." (sambil tersenyum-senyum meringis)
MMKLS :" Kurusin dong. Tuh liat si cici (kakak perempuan saya), biarin anaknya udah dua, tapi badan tetep jadi.."
Saya: "Hehehe.." (masih tersenyum-senyum meringis)
MMKLS :" Yah.. Kasih deh 5 kg-nya ke si koko (kakak laki-laki saya memang dilahirkan dan ditakdirkan kurus), biar dia gemukan dikit.."
Saya: "Hehehe.."

9 Agustus 2009, pembicaraan telepon antara kakak perempuan dengan mama saya.
Kakak: "Ma, bilangin tuh si Lia, jangan makan mulu. Udah gemuk gitu.."
Mama: "Ah, dia emang makan mulu. Susah kalo dibilangin.."
Kakak: "Iya sih.. Tapi dia sekarang udah bulet banget lho. Nanti susah cari baju."

10 Agustus 2009, ketika membukakan pintu untuk mbak saya yang baru balik dari kampungnya.
Ibu Gina (nama mbak saya): "Asalamualaikum, Non."
Saya: "Walaikumsalam, Bu. Sehat-sehat nih?"
Ibu Gina: "Alhamdulilah, Non. Non juga kayaknya subur banget nih, Non?"
Saya: "Hah?"
Ibu Gina: "Gemukan, Non, maksudnya.."
Saya: "Hehehe.." (ketawa pasrah)

21 Agustus 2009, seusai menghadiri acara seminar di kampus. Pas mau keluar ruangan, eh berpapasan dengan salah satu dosen saya yang dulu mengajar Psikologi Faal, yang juga adalah seorang dokter.
Saya: "Halo, Dok."
Pak Dosen: "Eh, kamu. Gemuk amat nih sekarang?"
Saya: "Hehehe.. Dokter juga gemukan nih kayaknya?"
Pak Dosen: "Kalo dosen gemukan mah biasa.. Tapi beneran lho, kamu kok bisa gemuk banget gini sih?"
Saya: "Iya nih, Dok.. Nggak tau juga kenapa, hehehe.." (ketawa pasrah)

Teman-teman sekalian, sesungguhnya saya tidak tahu apa saya memang segemuk dan sebulet itu, sampe banyak sekali orang yang bilang saya gemukan. Percakapan yang di atas baru secuplik dari sekian banyak orang lain yang bilang hal yang serupa (pacar saya kayaknya yang paling sering kedua, setelah papa dan mama saya). Tapi setelah percakapan dengan dosen saya itu, saya merasa, mungkin ini cara Tuhan mengingatkan saya untuk menurunkan berat badan saya. Memang, angka di timbangan belum sampe bombastis banget sih, tapi kenaikannya sudah cukup signifikan lah.. Sejujurnya, saya termasuk orang yang beranggapan bahwa, untuk jadi seorang perempuan yang cantik tidak dibutuhkan badan yang kurus ceking. Makanya selama ini (yah at least sampai saat ini) saya tidak pernah berdiet. Ikut nge-gym pernah, tapi untuk semata-mata membuat badan lebih sehat.

Sooo... Mengingat besok adalah hari pertama puasa, saya dan 3 orang teman sudah berjanji untuk ikutan berpuasa. Bukan 100% puasa sih, tapi puasa karbohidrat saja :) dan tentu saja, makanan yang manis2 dilarang juga yah (kopi, es teh manis, biskuit, kue, dll). Doakan semoga berhasil yah dietnya hehehe..

Ps: Untuk semua orang yang sudah bilang saya gemukan, saya ucapkan terima kasih. Saya menganggapnya sebagai bentuk kepedulian kalian kepada saya dan bentuk motivasi bagi saya untuk bisa memiliki tubuh yang lebih sehat (dan singset tentunya hihihihi)..

Salam,

natalie_ijonk

Friday, August 14, 2009

some 'wise' words..

Tepat 2 hari yang lalu, mama saya memberikan sebuah buku yang berisi kata-kata mutiara dari bahasa mandarin yang telah di-translate ke bahasa indonesia.
Mama: " Lia, ini buku bagus nih, isinya kata-kata mutiara.."

Saya: "Oh ya? U dapet dari mana?"

Mama: " Enak aja dapet, mama beli, tau!"

Saya: "Ohh.. Tumben, hihihi.."

(Melalui percakapan ini, saya menarik kesimpulan, mungkin si mama menyuruh saya baca buku ini karena merasa sudah harus mengeluarkan uang untuk membelinya, alias nggak rela kalo buku itu dianggurin ;p)

So, malam harinya saya bawa buku itu ke kamar, dan saya letakkan begitu aja di atas meja tanpa saya buka satu halaman pun. Nah, kemarin siang, saya lagi nggak ada kerjaan, nunggu dijemput pacar. Daripada bengong, saya memutuskan untuk melihat-lihat buku ini. Saya main asal buka aja, karena niatnya cuman mau 'lihat-lihat' bukan baca sungguhan hehe.. Eh, pas saya buka, saya cukup dikagetkan dengan salah satu artikel yang judulnya : DI RUMAH TUKANG MASAK YANG BAIK, KELUAR WANITA YANG ANGGUN, DI ATAS RANJANG WANITA YANG JALANG. What the.. ??!! Akhirnya, karena merasa tertarik dengan judulnya yang agak2 ajaib itu, saya memutuskan untuk membaca lebih lanjut.. Ternyata, artikel ini berisi wajangan mengenai bagaimana menjaga keharmonisan rumah tangga, yang kalau boleh saya kutip, "Faktor utama keharmonisan suami istri sangat tergantung pada kejujuran, kesetiaan, kerajinan, kebijaksanaan sang istri." Hmm..

Berikut ini merupakan 3 kemampuan yang harus dimiliki istri untuk dapat menjaga keharmonisan rumah tangga:
1. Sang istri harus pandai memasak (kata buku tersebut, selain untuk alasan penghematan & kebersihan makanan, juga untuk dapat menyajikan makanan yang sesuai selera suami, dan untuk membuat suami menjadi lebih suka dan lebih sayang kepada istri.)

2. Sang istri harus berpenampilan rapi, anggun, enak dipandang mata.

3. Sang istri harus pandai merayu, memuaskan hasrat, dan kebutuhan biologis suaminya dengan menggunakan berbagai cara dan variasi untuk menyenangkan pujaan hatinya.



Pas saya selesai membaca artikel ini, saya cuma bisa berkata, " MAKSUD LOE???!!!"





Jadi kalo rumah tangga itu nggak harmonis, semata-mata salah istrinya, gitu?? Karena masakannya kurang enak, kurang bisa berpenampilan menarik, atau kurang hot di ranjang??? Terus, di mana peran suami dalam menjaga keharmonisan rumah tangga??



Saya tidak bermaksud mendiskreditkan pengarang buku tersebut, atau bilang bahwa kata-kata mutiaranya salah.. No offense. Tapi coba deh, kita pikir lagi. Rumah tangga itu kan dibangun bersama oleh suami dan istri. Jadi, mestinya yang bertanggung jawab atas keharmonisan rumah tangga itu ya dua-duanya dooonngggg, masa cuman si istri aja? Aduh, aduh, kasian amat sih istri-istri ini..



Nggak heran sih, dalam kajian literatur ilmiah pun, dikatakan bahwa pernikahan itu lebih menguntungkan pihak laki-laki daripada perempuan. Kenapa? Karena ada yang ngurusin lahir batin. Nah, tinggal perempuannya yang kerepotan. Ngurusin suami, ngurusin anak, ngurusin rumah, ngurusin pekerjaan (kalau istrinya bekerja). Siapa bilang ibu rumah tangga itu tidak bekerja? Ya pekerjaannya mengurus rumah tangga itu..



Tiga kriteria suami yang baik (versi saya):

1. Suami harus mau membantu istri mengerjakan pekerjaan rumah tangga.


2. Suami harus loyal kepada istri (artinya, kalau istrinya mau beli tas Chanel, ya relakan saja kartu kreditmu hihihi).

3. Suami harus mau memperhatikan kebutuhan istrinya, jangan kebutuhan dirinya saja! Artinya, jangan hanya mau dilayani saja, tapi juga mau melayani..






natalie_ijonk




Thursday, August 13, 2009

mental breakdown

Kenapa yah belakangan ini banyak artis2 yang mengalami mental breakdown?? Saya nggak tau definisi ilmiahnya sih, tapi kalo boleh dibilang dengan gamblang, mereka tiba2 jadi seperti orang gila. Ehm, crazy is a pretty strong word, tapi kayaknya cukup mewakili perilaku mereka yang aneh2 itu sih.. Dulu kita semua tau ada artis hollywood berinisial BS yang cukup lama menjadi headline dunia hiburan karena ulahnya yang macem2 itu. Baru2 ini ada lagi artis hollywood berinisial MB yang kabarnya masuk rumah sakit karena alasan psikis. Well well, artis indonesia juga nggak mau kalah dong. Baru 2 hari yang lalu saya iseng2 liat youtube (taunya juga dari teman melalui facebook), katanya ada artis berinisial M yang bikin video aneh. Karena penasaran dengan teman saya yang ngabarin di facebook, saya segera lihat youtube. Dan ternyata memang videonya aneh. Lebih tepatnya, attention-seeking banget. Masa merekam diri sendiri lagi nangis2 terus di-upload di internet? Buat apa coba..

Entah kenapa, pas ngeliat video itu, saya lalu bertanya2, apa orang ini sedang mengalami indikasi mental breakdown juga yah? Dan entah kenapa juga, saya yakin bahwa jawabannya iya hahahaha call me cruel, call me evil ;p Apalagi pas saya melihat video2 berikutnya, yang isinya M sedang nyanyi2 trus ngata2in teman2 SD nya yang katanya dulu jahatin dia sambil ketawa menggila gitu, dalam hati saya bilang, wah ini sih indikasi bipolar disorder nih.. Abis nangis2 terus ketawa2, nari2, ngata2in orang.. Mohon dimaklumin yah, saya adalah psychologist-wanna-be, jadi ada kecenderungan melihat orang melalui kacamata teori2 psikologi, apalagi kalo perilakunya udah menjurus ke abnormalitas hihihihi..

Sebenernya kalo mau lebih jeli melihat orang2 di sekitar kita, banyak juga orang biasa yang mengalami mental breakdown. Cuma, kadang tidak terdeteksi, karena pihak keluarga pasti berusaha menutupi2.. Sekarang ini tahun 2009, tapi kalo mau ngomongin orang2 dengan gangguan jiwa, kayaknya nggak beda jauh deh sama jaman dulu. Orang2 yang mengalami gangguan jiwa pasti udah keburu dicap negatif dulu, sampe2 pihak keluarga memandangnya sebagai aib. Dikucilin, ditelantarkan di rumah, dikurung, atau dikirim ke desa biar nggak ada yang tau.. Aneh yah, orang bisa dengan santai bilang, "Suami saya kena stroke", tapi mana bisa bilang "Suami saya kena skizofrenia?" Mungkin ini juga yang memotivasi saya untuk menjadi psikolog klinis. Saya terbeban dengan mereka2 ini, orang2 yang ketika sudah didiagnosis menderita gangguan tertentu, biasanya akan 'dibuang'. Apakah kita nggak sadar bahwa mereka ini, meskipun memiliki embel2 gangguan kejiwaan, tetap manusia? Punya hati, punya perasaan..
Dan lagi, diagnosa ini bukan harga mati kok. Dalam artian, meskipun menderita gangguan kejiwaan, mereka sebenarnya tetap bisa berkarya asal masyarakat mau sama2 memfasilitasi. Buktinya, Robert Schumann, salah satu pianis terbesar zaman romantik, adalah salah satu penderita bipolar disorder. Tapi justru di saat2 dia mengalami perubahan mood yang ekstrem itu lah, karya2nya dihasilkan..

Salam,

natalie_ijonk

Tuesday, August 11, 2009

captivated..inspired..

Hari ini saya masih dalam suasana terkagum2 dengan peserta Asean International Concerto Competition (yang sekarang sedang berlangsung di YMJ cabang BSD).. Ok, so here's the story.

Ceritanya kemaren saya pergi menonton kompetisi itu dengan guru piano saya. Tadinya nggak ada niatan mau nonton, karena tempatnya nan jauh di sana, dan saya tidak ada kendaraan.. Tapi nasib berkata lain, guru piano saya secara tiba2 ngajakin nonton dan pergi bareng, jadilah saya pergi. Kompetisi untuk piano dan biola ini dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan usia. Kategori A untuk usia 8-13 tahun, kategori B untuk usia 13-21 tahun, kategori C untuk usia 21-26 tahun (kalo nggak salah hehehe). Yang kemaren saya tonton adalah babak penyisihan kategori C dan babak semifinal kategori A. Karena ada embel2nya international competition, sudah bisa ditebak kalo pesertanya dari mana2, ada yang dari Thailand, Vietnam, Korea, China, bahkan katanya ada yang dari Afrika Selatan segala.. Sungguh terkagum2 deh dengan semangat anak2 ini untuk bertanding. Mereka rela datang jauh2 ke Indonesia, rela izin dari sekolah, rela latihan berjam2 untuk mencapai cita2nya.. Untuk kategori A, mereka harus main 1 etude dan 1 karya polifoni untuk penyisihan, dan 1 bagian sonata dan 1 lagu untuk babak semifinal. Semua karya dimainkan dengan HAFAL.

Satu kejadian yang cukup 'menampar' saya adalah pas saya melihat satu peserta dari Thailand main Chopin Etude op. 25 no. 9 'Butterfly'. Anaknya sih kecil, diperkirakan usia 8-10 tahun, kurus ceking pula, tapi tangannyyaaa dong, alamak! Jari2nya yang kurus2 dan panjang2 itu dengan terampilnya menari di atas tuts, persis seperti kupu2 *lebai mode ON* hehehe pas liat dia main, saya sempet flashback ke saat2 dimana saya main lagu itu.. Kira2 5 tahun yang lalu, pas saya masih PC 1. Saya belajar lagu itu kurang lebih 6-8 bulan, karena untuk bahan ujian tahunan. Walaupun lagunya cuman 2 halaman, dan kalo dimainin nggak nyampe 3 menit, tapi belajarnya susaaahhh banggeeet karena mesti lincah dan cepet, juga menuntut tangan untuk dibuka lebar2 (banyak not2 yg lompat).. Malahan dulu Ibu Kuei Pin udah rekomendasi untuk ganti lagu, karena katanya nggak cocok dengan tanganku yang 'agak2 pendek' hmmm..

Pas liat dia juga, terbersit perasaan malu, karena merasa anak2 ini pada hebat2 amat.. Kayaknya pas dulu saya seusia mereka, saya tidak sehebat dan sekeren itu (pastinya tidak ikut kompetisi tingkat internasional)..


Tapi peristiwa ini membuat saya berpikir, memang yah segala sesuatu yang dikerjakan dengan kerja keras dan perjuangan akan terlihat juga hasilnya, cepat atau lambat. Buktinya, anak kecil aja bisa kok main lagu yang tingkatannya advance. Mungkin dia harus latihan ekstra keras selama berpuluh2 jam, selama berbulan2, tapi kerja keras itu toh membuahkan hasil..Jangan pernah alasan, saya mah masih muda, saya mah kurang pengalaman, saya mah kurang ini kurang itu.. Fight for what you want, for what you believe in. Semangat berlatih lagi! (^_^)// thanks little kid for inspiring me through your performance yesterday.. Ayo latihan, latihan...

Thursday, August 6, 2009

PERFECTionism

Perfectionism: a personal standard, attitude, or philosophy that demands perfection, and reject anything else (Webster's Encyclopedic Unabridged Dictionary of The English Language, p. 1552).

Apakah Anda seorang perfeksionis?? Well, I think I'm a little bit perfectionist ;p Yah, kalo skala 1-10, mungkin masih ada di 4 atau 5. Tadinya saya merasa bahwa menjadi seseorang yang perfeksionis itu bagus, atau setidaknya normal. Bukankah kita memang harus mengerjakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya? Kalau kita nggak berusaha mengerjakan dengan sebaik-baiknya, bagaimana hasilnya bisa memuaskan, ya kan? Ya, bener sih.. Memang kita harus mengusahakan yang maksimal, tapi bukan berarti kita harus menjadi seorang perfeksionis lho..

Saya baru aja disadarkan dengan hal ini beberapa hari yang lalu. Peristiwa lengkapnya nggak akan ditulis (mengingat mungkin ada pihak yang tidak berkenan ceritanya dipaparkan dengan gamblang). Peristiwa ini menyadarkan saya bahwa, menjadi seorang perfeksionis itu bagus hanya dalam batas tertentu. I'm not saying that it's bad at all, tapi ketika sudah mencapai titik tertentu, it's pretty annoying, especially in a relationship with other people.. Jangankan dalam berpacaran, dalam kerja kelompok aja kadang-kadang cukup membuat suasana kerja menjadi nggak enak.. Kurang ini lah, kurang itu lah, kok yang ini begini, kayaknya masih bisa lebih bagus deh.. Mungkin kita nggak sadar, tapi terkadang sifat kita yang satu ini menyinggung perasaan orang lain. Membuat mereka seolah-olah tidak dihargai..

Selain menyinggung perasaan orang lain, yang berarti merugikan orang lain, sifat perfeksionis juga sebenarnya merugikan diri kita sendiri. Kenapa? Karena kita akan terus menerus dikecewakan dengan hak-hal kecil, yang sebenernya nggak terlalu penting. Kita mungkin berharap segala sesuatu dapat berjalan sempurna, but you must know that in this world, nothing is perfect. Either you want to keep demanding, or you can just accept it and be grateful for what you have.. Kadang gue merasa, by being a perfectionist, kita cuma melihat titik hitam kecil di antara satu lembar kertas yang putih bersih.. Cuma karena titik hitam kecil itu, semua yang putih tidak dianggap lagi.

So, this is the different between perfectionist and not perfectionist. Orang yang tidak perfeksionis mungkin akan mengusahakan segala sesuatu dengan semaksimal mungkin, tapi ketika terjadi kesalahan, dia bisa tetap bersyukur dengan hasil pekerjaannya, dan tidak terlalu kecewa dengan apa yang terjadi. Sebaliknya, orang perfeksionis akan mengusahakan segala sesuatu dengan semaksimal mungkin, dan ketika terjadi kesalahan, dia akan kecewa kemudian menganggap semua yang telah dikerjakannya sia-sia. Dia akan terus membicarakan kesalahan tersebut, menyesalinya, menggerutu..

Being a perfectionist is good?? Well, setelah peristiwa yang saya alami, saya jadi merevisi pandangan gue itu. Sekarang, saya sedang mencoba untuk melihat setiap peristiwa dari sudut pandang yang lebih positif. Bahasa lainnya, bersyukur. Have a good day, everyone.. :)